Pages

أهلا وسهلاعلى بلدي بلوق أن يفسر معنى في رحم الإسلام

Jumat, 02 Desember 2011

"Keutamaan Akhlaq"

A. Definisi Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari akar kata bahasa Arab (الخَلْقُ) yaitu gerakan dan sikap lahiriyah yang dapat diketahui dengan indera penglihat, dan juga berasal dari (الخُلْقُ) yaitu perangai dan sikap mental yang dapat diketahui dengan bashiroh (mata hati).


Secara istilah akhlak ialah sifat-sifat, perangai dan tabi'at seseorang dalam bergaul dengan orang lain atau dalam bermasyarakat.

B. Jenis Akhlak

Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Akhlak Hasanah / jamilah / mahmudah /karimah.

Yaitu akhlak yang terpuji, seperti pemaaf, penyantun, dermawan, sabar, rohmah (kasih sayang), lemah lembut dan lainnya.

2) Akhlak Sayyi'ah / qobihah / madzmumah.

Yaitu akhlak yang tercela, yang merupakan lawan dari akhlak yang terpuji seperti: pendendam, kikir, berkeluh kesah, keras hati, pemarah dan lainnya.

Namun kata-kata akhlak ini kebanyakan dipergunakan untuk menjelaskan akhlak yang terpuji.

C. Keutamaan Akhlak
Diantaranya:

1. menempati kedudukan yang tinggi dalam agama, karena termasuk salah satu risalah (misi) agama yang paling utama

Rosululloh saw bersabda:

"إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ"

"tiada lain aku diutus (kedunia) adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak". (HR. Ahmad: 2/381).

2. Akhlak merupakan timbangan antara neraca kebaikan.

Rosululloh saw bersabda:

"إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَانِكُمْ أَخْلَاقًا"

"sesunggunya orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya". (HR. Bukhori dan Muslim).

3. Akhlak merupakan penyempurna keimanan.

Rosululloh saw bersabda:

"أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"

"Orang-orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya". (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

4. pemberat timbangan (kebaikan) pada hari qiyamat.

Rosululloh saw bersabda:

"مَا مِنْ شَيْئٍ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ"

"Tidak ada sesuatu yang dapat memperberat timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari qiyamat selain kebaikan akhlaknya". (HR. Tirmidzi)

5. pengantar kesurga.

Ketika Rosululloh saw ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan seseorang kesurga, maka beliau menjawab:

"تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ"

"Taqwa kepada Alloh dan akhlak yang baik". (lihat silsilah Shohihah: 997).

6. dengan akhlak dapat diperoleh kecintaan dan kedekatan dengan Nabi pilihan, Nabi Muhammad saw.

Rosululloh saw bersabda:

"إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبُكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَسِانُكُمِ أَخْلَاقًا"

"sesunggunya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari qiyamat adalah yang paling baik akhlaknya". (HR. Tirmidzi: 4/370 dan lihat Shohihul Jami': 15350.

7. sebaik-baik warisan.

Hal ini berdasarkan kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa alaihimas salam dalam firman Alloh swt:

"adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim dikota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah orang yang sholih, maka Robbmu menghendaki agar mereka sampai kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rohmat dari Robbmu, dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS. Al-Kahfi: 82).

D. Masdar/Dasar Pijakan Akhlak.

Yaitu fitroh yang telah digariskan oleh Alloh swt kepada bani Adam.

Alloh swt berfirman:

Artinya:"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Alloh mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya". (QS. Asy Syams: 7-8).

Artinya:"Bukankah kami Telah memberikan kepadanya dua buah mata. Lidah dan dua buah bibir. Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan". (QS. 090. Al Balad: 8-10).

Dan Rosululloh saw bersabda:

"البِّرُ حُسْنُ الخُلُقِ وَ الإِثْمُ مَا حَاكَ فِيْ صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَّطَلِعَ عَلَيْهِ ا؄نَّاسُ"

"kebajikan adalah budi pekerti yang baik, sedang dosa adalah perbuatan/ tindakan yang menyesakkan dada, dimana engkau merasa segan untuk memperlihatkan perbuatanmu dihadapan manusia". (HR. Muslim).

Maka jelaslah bahwa jiwa manusia, secara fitroh sejak dihembuskan ruh kehidupan, merupakan gudang penyimpanan undang-undang akhlak/budi pekerti sehingga dia dapat mengetahui dan memilih jalan yang ingin dilakoninya, apakah jalan kebaikan ataukah jalan kejahatan?

Namun cahaya fitroh ini tidak akan putih selamanya, terlebih lagi jika pemiliknya rela dan ridho untuk mengotorinya.

Fitroh ini dapat dirusak oleh beberapa hal, antara lain:

v Adat atau kebiasaan turun menurun masyarakat yang jelek bertentangan dengan agama dan norma-norma susila

v Berbagai macam arus dan pemikiran yang merusak.

v Hawa nafsu.

Hal ini telah diperingatkan oleh Rosululloh saw dengan sabdanya:

مَامِنْ مَوْ لُوْدٍ إِلَّا وَ يُوْ لَدُ عَلَى الفِطْرَ ةِ فَأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ



“Tidak ada satu anakpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan dalam keadaan fithroh. Maka Kedua orang tuanyalah yag meyahudikannya, menashronikannya dan memajusikannya”. (HR. Muslim : 2568).

0 komentar:

Posting Komentar