Pages

أهلا وسهلاعلى بلدي بلوق أن يفسر معنى في رحم الإسلام

Sabtu, 10 Desember 2011

"Hakikat dan Keutamaan Ilmu Tauhid"


Pengertian Tauhid

Mengesakan Allah , tuhan yang tiada sekutu bagiNya, yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, kesucian, kebesaran dan keadilan .


Pengertian Iman

Keyakinan yang kukuh dengan hati, mengakui dengan lidah dan melaksanakan dengan anggota.

Rukun Iman dan Pengertiannya

Rukun Iman Ada 6 :

1. Percaya kepada Allah
Untuk membuktikan iman kita kepada Alloh SWT dengan cara :
1. Meyakini Sifat Allah (baik Wajib maupun Mustahil)
2. Meyakini sifal Jaiz Alloh

2. Percaya kepada Malaikat
Malaikat yang wajib dipercayai secara tafsili antara lain :
1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikail
3. Malaikat Israfil
4. Malaikat Izrail
5. Malaikat Ratib
6. Malaikat Atid
7. Malaikat Munkar
8. Malaikat Nakir
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan

3. Percaya kepada Kitab
Diantara Kitab Samawi antara lain :

1) "Al-Quran" Kepada "Nabi Muhammad SAW" dan Berbahasa "Arab".

2) "Injil" kepada "Nabi Isa AS" dan Berbahasa "Siryani".

3) "Zabur" kepada "Nabi Daud AS" dan Berbahasa "Qibti".

4) "Taurat" kepada "Nabi Musa AS" dan Berbahasa "Ibrani".

4. Percaya kepada Rasul Alloh SWT
Diantara para Nabi dan Rasul yang perlu dipercaya hanya 25 Nabi antara lain :
1. Adam AS 6. Ibrahim AS 11. Yusuf AS 16. Ilyasa' AS 21. Yunus AS
2. Idris AS 7. Luth AS 12. 'Ayyub AS 17. Dzulkifli AS 22. Zakariyyah AS
3. Nuh AS 8. Ishaq AS 13. Syu’aib AS 18. Daud AS 23. Yahya AS
4. Hud AS 9. Ismail AS 14. Harun AS 19. Sulaiman AS 24. 'Isa AS
5. Saleh AS 10. Ya’qub AS 15. Musa AS 20. Ilyas AS 25. Muhammad SAW

5. Percaya kepada Hari Akhirat
Percaya kepada Qadha dan Qadar
Arti "Qadha’" adalah perlaksanaan setiap satu perkara
Arti "Qadar" pula adalah ketentuan setiap satu perkara
Oleh itu percaya kepada Qadha’ dan Qadar adalah setiap perkara yang terjadi itu adalah kehendak dan ketentuan Allah.

Keutamaan Ilmu Tauhid

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada yang sesembahan -yang benar- selain Allah, niscaya masuk surga.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/64])

Hadits yang agung ini mengandung banyak pelajaran, di antaranya:

1. Ilmu -mengetahui maksudnya- merupakan salah satu syarat la ilaha illallah (lihat at-Tanbihat al-Mukhtasharah, hal. 43). Maknanya, jika seseorang mengucapkan la ilaha illallah tanpa mengerti maknanya maka syahadatnya belum bisa diterima.
2. Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu yang melahirkan amalan. Dia mengetahui bahwa sesembahan yang benar hanya Allah dan dia pun menyembah-Nya serta tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang lain, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mempersektukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk neraka.” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anuma, lihat Syarh Muslim [2/164-165])
3. Hadits ini menunjukkan betapa tinggi keutamaan ilmu tauhid. Karena ilmu tentang tauhid inilah yang akan mengantarkan seorang hamba menuju surga-Nya. Dengan syarat orang tersebut harus mengamalkannya dan tidak melakukan pembatalnya. Orang yang tidak melakukan kesyirikan -dan dosa lain yang serupa- pasti masuk surga (lihat Syarh Muslim [2/168])
4. Hadits ini menunjukkan bahwa orang musyrik di akherat kelak kekal di dalam neraka. Sama saja apakah dia itu berasal dari kalangan Ahli Kitab; Yahudi dan Nasrani, pemuja berhala ataupun segenap golongan orang kafir yang lainnya. Bahkan hukum ini -kekal di neraka- juga berlaku umum bagi mereka yang memeluk agama selain Islam ataupun mengaku Islam padahal telah dihukumi kekafiran akibat tindakan kemurtadan yang dilakukannya kemudian mati di atas keyakinannya tersebut (lihat Syarh Muslim [2/168])
5. Hadits ini menunjukkan bahwa pahala bagi amalan manusia di akherat nanti ditentukan di saat akhir kehidupannya. Innamal a’malu bil khawatim.
6. Hadits ini menunjukkan tidak mungkin bersatu antara Islam dan kekafiran. Maka bagaimanakah lagi orang yang mengatakan bahwa mereka menganut ajaran Islam Liberal?!
7. Hadits ini menunjukkan betapa besar kebutuhan umat manusia kepada ilmu tauhid, sebab apabila mereka tidak memahaminya akan sangat besar kemungkinannya mereka melanggarnya -berbuat syirik- dalam keadaan tidak sadar kemudian meninggal di atasnya, wal ‘iyadzu billah!
8. Wajib mengimani adanya surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya
9. Surga hanya dimasuki oleh orang-orang yang bertauhid. Maka hadits ini menjadi bantahan yang sangat telak bagi kaum Liberal dan Pluralis yang menggembar-gemborkan paham Islam Liberal. Di antara contoh keyakinan mereka yang sangat menjijikkan adalah ucapan salah seorang tokoh mereka, “Kalau surga itu hanya dihuni oleh orang Islam saja, maka tentunya mereka akan kesepian.” Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan. Ada seorang teman yang menceritakan kepada kami sebuah kisah yang didengarnya dari salah seorang ustadz. Suatu ketika seseorang berkata kepada temannya sesama tukang becak, “Surga itu seperti alun-alun Kraton Yogyakarta. Dari mana saja orang datang dan melewati jalan manapun, tidak masalah. Yang penting akhirnya mereka juga sampai ke sana.” Maka temannya menjawab dengan lugas, “Itu ‘kan surganya Mbah -Moyang- mu!”
10. Hadits ini mengandung dorongan untuk memahami dan mengamalkan tauhid dengan sebenar-benarnya serta dorongan untuk menjauhi segala macam bentuk kesyirikan

0 komentar:

Posting Komentar